Babak final (jadi seperti pertandingan olah raga) Debat Capres digelar Kamis malam ini, 2 Juli 2009. Ini merupakan debat terakhir dari serangkaian Debat Capres dan Cawapres yang digelar dalam putaran pertama Pemilu kali ini. Sebagaimana diketahui, calon presiden harus menjalani tiga kali debat, dan calon wakil presiden harus menjalani dua kali debat.
Debat kali dimoderatori Prof. Dr. Pratikno, Dekan Fisipol UGM. Adapun topik yang diangkat adalah NKRI, Demokrasi dan Otonomi Daerah. Moderator, dibanding moderator Capres sebelumnya Aviliani, dirasa kurang memainkan peran dengan maksimal, seperti terlihat moderator harus bolak-balik melihat catatan pertanyaan dan run down acara. Dalam debat cawapres sebelumnya, yang dipandu Dr. Dr. Fahmi Idris, kelemahan juga ada di moderator yang masih grogi membawa acara demikian penting.
Sebagaimana sebutan ”Final” selain debat ini merupakan debat terakhir, debat dan terjadinya perbedaan pendapat antarcapres terjadi. Bahkan saling”tonjok” pun terjadi, memang bukan secara fisik tapi secara omongan. Yang diserang tentu saja presiden incumbent, dan uniknya yang menyerang adalah wakil presiden incumbent. Hanya saja, dari ”tonjok-tonkokan” yang dilontarkan, tak ada hal yang substansial menyangkut topik yang diangkat. Sebab, JK mempersoalkan iklan ”Satu Putaran” yang ramai menghiasai layar kaca, serta isu rasialis terkait dengan ucapan seorang anggota tim kampanye kandidat presiden lainnya yang mengatakan suku tertentu, yang sebenarnya juga merupakan suku anggota tim kampanye tersebut, belum waktunya menjadi presiden. Disebut tidak substantif karena soal ”satu putaran” tidak ada urusannya dengan topik yang diangkat dan pernyataan yang disebut rasialis bisa diselesaikan secara adat, karena antara yang diomongkan dengan yang dibicarakan berasal dari suku yang sama. Sama saja, ornag Indonesia berpendapat soal Indonesia, yang tentunya juga akan bisa berpendapat positif, dan tak dipungkiri juga mungkin akan berpendapat negatif. Kasus Indonesia yang berhasrat jadi tuan rumah Piala Dunia Sepakbola 2022 misalnya. Tentu ada pro dan kontra.
Dalam debat kali ini, JK memang terlihat begitu agresif. Ya meskipun incumbent capres, JK tetap penantang menjadi presiden, dibanding SBY yang masih sebagai presiden, sehingga SBY terlihat lebih banyak bertahan. Secara kasat mata, memang terjadi perubahan mimik dan gesture (gerak-gerik) SBY, ketika JK mengungkapkan soal iklan dan pernyataan tim SBY yang dinilai rasialis.
Yang unik adalah Mega. Mega seperti terpisahdi tengah perdebatan antara SBY dan JK. Dalam menjawab, Mega sayang sekali kurang memperhatikan waktu sehingga ketika waktu jawab sudah habis, Mega belum selesai bicara, yang menyebabkan moderator berulang kali meminta maaf untuk menegaskan waktu yang diberikan sudah habis.
Gaya SBY dalam menjawab. Tenang dan dalam. Meski memang, emosional SBY terusik dengan ”serangan” JK. Dan JK, seperti berada di atas angin, mengeluarkan ”serangan-serangan”. Meski untuk sebagian kalangan ”serangan-serangan” dirasa perlu dan menarik, namun perlu diingat, mengingat SBY dan JK sampai saat ini masih merupakan ”Dwi-Tunggal”, ”serangan” yang dilakukan bisa saja dinilai tidak elok karena toh sebenarnya antara SBY-JK adalah ibarat dua sisi mata uang. Hanya sangat disayangkan, SBY seharusnya juga bisa menunjukkan kemampuannya menyerang, karena tentu saja lawan-lawannya juga bukan tidak punya kekurangan.
Yang menarik adalah sebelum acara berakhir, bahkan sebenarnya sudah berakhir namun masih ada waktu tersisa. Pertanyaan yang dilontarkan adalah apa yang akan dilakukan Capres jika tidak terpilih jadi capres? Jawaban-jawaban cukup membuat suasana menjadi segar. Namun itu pelru dibuktikan saat hasil Pilpres 8 Juli mendatang diumumkan. Sebab, dari gelagatnya, apa yang terjadi di Jawa Timur, permintaan adanya pilpres ulang, tidak menerima hasil pilpres, bisa saja terjadi. Indikasi jelas, masalah DPT akan terus menjadi beban dan penyulut capres untuk tidak menerima hasil Pilpres. Mudah-mudahan saja itu tidak terjadi, dan semua capres mengucapkan dan merayakan kemenangan capres terpilih, serta mendukungnya di kemudian hari, demi Indonesia yang lebih maju, mandiri, sehat dan cerdas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar