31 Agustus 2009

Komitmen Pemerintah! Demikian Kunci Pengembangan TIK di Australia

Kunci dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di suatu negara adalah komitmen pemerintahannya. Seperti yang dicontohkan Australia. Pemerintah di sana, sejak sejak Desember 1997, berkomitmen untuk mengembangkan layanan pemerintahan secara elektronik. Targetnya, semua layanan pemerintahan yang penting akan online pada Desember 2001.

Dengan komitmen yang kuat, Perdana Menteri Australia John Howard saat Kongres Dunia mengenai Teknologi Informasi yang digelar di Adelaide pada Februari 2002, mengumumkan bahwa pemerintahannya telah berhasil mencapai target tersebut. Namun, itupun belum cukup.

John Howard kemudian juga mengungkapkan fase berikutnya dari keberhasilan yang dicapai tersebut, yaitu meningkatkan jenis layanan online dengan berfokus pada transaksi yang interaktif antara pemerintah, publik dan sektor bisnis, yang dalam hal ini untuk usaha kecil dan menengah (UKM) agar pengeluaran dan kompleksitas adminitrasi dapat diminimalisasi.

Era baru layanan pemerintahan secara elektronik, juga membuat pemerintah mengubah desain layanan ke depan untuk seluruh wilayah Australia dengan mengubah struktur birokrasi dari birokrasi industri ke birokrasi informasi. Perubahan tersebut dapat terjadi jika ada kolaborasi di antara pihak pemerintah dalam mengantarkan layanan virtual dan terintegrasi itu mengubah paradigma layanan pemerintahan tradisional untuk menyesuaikan dengan kebutuhan warga negara. Termasuk di dalamnya adalah merestrukturisasi proses tradisional, menyesuaikan investasi teknologi dengan perubahan tersebut serta memanej proyek untuk memastikan pengembalian investasi.

Di tahun 2002, apa yang dilakukan negara bernama formal Commenwealt of Australia ini, mendapat pengakuan. Menurut laporan United Nations on E-Government, negara yang terbentuk sejak 1901 ini dinilai berhasil memimpin di wilayah Asia Pasifik dalam transisi menuju layanan pemerintahan secara elektronik. Secara global, Australia mendapat posisi di nomor dua, di bawah Amerika Serikat. Peringkat tersebut didasarkan pada beberapa kriteria penilian seperti kecanggihan layanan online, penetrasi internet dan kehadiran situs-situs pemerintahan.

Namun begitu, pekerjaan belum bisa dianggap selesai. Seperti dinyatakan Management Advisory Committee of the Australian Public Service , yang perlu dilakukan berikutnya adalah meningkatkan jumlah pelanggan yang menggunakan e-government. Termasuk dalam proyek tersebut adalah bagaimana mempromosikan layanan yang terintegrasi itu melewati batas-batas yurisdiksi, dan membantu untuk membagi pengetahuan dan pengalaman lintas pemerintahan commenwealth dan negara bagian.

Strategi
Pemerintah berpenduduk lebih dari 20 juta ini menyusun government online strategy sebagai kerangka kerja antardepartemen dan berbagai pihak untuk mencocokan komitmen mengenai layanan apa saja yang akan ditempatkan secara online. Untuk membantu menentukan target yang akan dicapai, dilakukan empat survei, sehingga didapat data semua referensi pengembangan e-government.
Yang menjadi kunci utama strategi dari layanan pemerintahan secara online adalah bagaimana membuat pengguna percaya terhadap layanan tersebut mengingat identitas pribadi terlibat dalam transaksi elektronik, yang mungkin saja dapat digunakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan yang merugikan. Dalam kerangka kerja, masalah kepercayaan dan keamanan menjadi concern pemerintah untuk memproteksi identitas pengguna layanan elektronik.
Seperti yang dilakukan Australian Taxation Office (ATO). ATO terdepan dalam pengembangan dan implementasi layanan tradisional yang membutuhkan tingkat keamanan data yang tinggi, serta memungkinkan klien mereka untuk mengakses informasi sepanjang hari. Layanan ATO di antaranya adalah e-tax. Lewat fasilitas e-tax, masyarakat yang berkepentingan dengan masalah pajak mendapatkan layanan pajak secara elektronik dengan menggunakan teknologi termutakhir dalam enkripsi dan sertifikat digital untuk menjamin keamanan dan keotentikan informasi yang dikirimkan ke ATO.

Dengan e-tax, kantor pajak sendiri dapat memproses hampir seratus persen persoalan pajak dalam waktu 14 hari dengan 80 persen di antaranya kurang dari 10 hari. Berdasar survei secara online, para pengguna layanan elektronik kian meningkat dari tahun ke tahun dan hampir semua warga menggunakan layanan pajak elektronik ini dengan jam tersibuk untuk mendownload dan memasukkan informasi berkisar pada jam 18.00-22.00, jam di mana kantor-kantor pajak yang ‘real’ sudah tutup.

Yang tidak dilupakan dalam strategi pengembangan e-government adalah masalah akses bagi orang-orang yang cacat dan mempunyai koneksi internet berkecepatan rendah. Dengan berfokus pada customer, untuk pengguna yang berbeda disediakan portal yang berbeda. Portal yang digunakan sebagai gerbang dan sembilan portal lainnya diperkenalkan pada September 2000.

Portal-portal itu meliputi: komunitas (
http://www.community.gov.au/), keluarga (http://www.families.gov.au), regional Australian (http://www.regionalaustralia. gov.au/), pemuda (http://www.youth.gov.au/), pertanian (http://www.agriculture. gov.au/), budaya dan rekreasi (http://www.cultureandrecreation.gov.au/), pendidikan (http://www.education.gov.au/), Industri dan ilmu pengetahuan (http://www.scienceandindustry.gov.au/) serta pekerjaan (http://www.workplace.gov.au/). Portal lainnya hadir di tahun 2002 (htpp://www.australia.gov.au).

Ke depannya, publik juga dapat mengakses layanan pemerintahan tanpa perlu tahu departemen mana yang menyediakan layanan tersebut. Seperti diujicobakan Trial of Innovative Government Electronic Regional Services (TIGERS) yang menghabiskan 10 juta dolar Australia untuk mengintegrasikan layanan pemerintahan secara elektronik yang melibatkan seluruh bagian pemerintah, dengan fokus mengantarkan layanan untuk regional dan komunitas pedesaan.

Infrastruktur dan Investasi
Pembangunan untuk mengintegrasikan layanan pemerintahan yang menembus batas-batas departemen tersebut membutuhkan standardisasi dan interoperabilitas. Kebutuhan tersebut membuat seluruh pihak perlu mempertimbangkan kembali mengenai investasi teknologi informasi untuk memastikan investasi yang dikeluarkan dapat dialamatkan untuk memenuhi kebutuhan layanan yang dimaksud.

Untuk memfasilitasi hal itu, Management Advisory Committee, menyetujui untuk membentuk sub komite Information Technology Architecture and Governnance (ITAG). ITAG membuat kerangka kerja untuk menjadi rujukan pembangunan teknologi informasi dan komunikasi berikut investasinya. Kerangka kerja teknologi informasi dan komunikasi dikeluarkan pada Oktober 2002, dengan judul “Australian Government Use of Information and Communications Technology: A New Governance and Investment Framework.”

Obyektif dari kerangka kerja tersebut di antaranya adalah memfasilitasi secara makro terhadap pendekatan teknologi informasi dan komunikasi, meski tiap pihak akan bertanggung jawab terhadap penyusunan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi masing-masing. Kemudian, selain mempromosikan kolaborasi yang lebih dekat antarpihak dalam implementasi teknologi informasi dan komunikasi, pada fase berikutnya, juga mendukung pendekatan koperatif dalam menentukan standar, investasi, keamanan, privasi maupun penggunaan infrastruktur secara bersama.

Kolaborasi yang dimaksud dalam menginetgrasikan layanan, misalnya dilakukan Australian Quarantine Service dengan Australian Customs Service dalam hal persetujuan eksport. Kemudian juga antara Departemen Keluarga dan Masyarakat, berasosiasi dengan UKM di Australia, menggunakan sistem teknonologi yang membantu para staf untuk membuat kebijakan terkait dengan kesejahteraan keluarga.

Sebagai bagaian dari reformasi pemerintahan melalui paket Australian Working Together, dibangun pula hubungan yang lebih baik antardepartemen dan berbagai pihak dengan menggunakan solusi inovatif dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Setelah jalinan antardepartemen cukup baik, pendekatan menyeluruh terhadap kebutuhan warga negara pun dilakukan. Sehingga, layanan terhadap masyarakat makin berkembang, hasil yang dihargai serta terjadinya efisiensi secara umum dari sistem sosial secara keseluruhan.

Saat ini, ada sekitar dua ribu layanan dan informasi yang tersedia secara online, dengan mayoritas dapat mendukung transaksi online juga. Adapun mayoritas pengguna layanan e-government di Negari Kangguru tersebut berasal dari kalangan bisnis dan kemudian warga negara Australia. Australia sendiri terdiri dari enam negara bagian yang meliputi: New South Wales, Queensland, South Australia, Tasmania, Victoria dan Western Australia. Sementara itu ada 10 teritori Australia di luar batas negara-negara bagian tersebut. Dari 10, dua merupakan terirori otonomi yaitu The Australian Capital Territory dan The Northern Territory.

Kemajuan Substansial
Pemerintah Australia membuat kemajuan yang substansial dalam pengimplementasian e-government, khususnya dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement). Pemerintah commonwealth, negara bagian dan teritori mempromosikan pendekatan terkoordinasi dalam e-procurement untuk memastikan penyedia barang dan jasa dengan pemerintah berdagang dengan cara yang konsisten satu sama lain. Kerangka kerja mengenai e-procurement telah diperkenalkan sejak Agustus 2001 untuk memastikan pemasok dan pemerintah mendapat keuntungan penuh dari investasi dalam e-commerce.

Dalam membantu sektor UKM, diluncurkan pula program bantuan dengan dana senilai 3,25 juta dolar Australia untuk membantu UKM dalam penggunaan elektronik dalam mencari pasar, perbaikan sistem keuangan serta membantu menyediakan informasi kepada UKM mengenai informasi khusus yang dibutuhkan. Tak ketinggalan, menyediakan panduan dan alat serta membantu mengadopsi sistem e-procurement yang jelas berbeda dengan sistem berdagang secara tradisional.

Yang cukup berkembang juga adalah penyediaan layanan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Penempatannya, yang menyediakan cara efektif serta efisien untuk para pencari kerja menemukan pekerjaan secara online. Database lowongan kerja secara nasional berisi semua lowongan kerja yang ada disemua jaringan layanan kerja di Australia, iklan lowongan kerja di koran-koran nasional, lowongan kerja yang tercantum di gazette layanan publik, serta lowongan yang berasal dari lembaga layanan recruitment dan konsultasi kerja. Jutaan lowongan kerja telah dihasil jobsearch dengan sekitar satu juta halaman situs yang bisa diakses.

Tak ketinggalan, Australia juga membangun jaringan pengetahuan dengan pembelajaran secara elektronik (e-learning). Education Network Australia ini dapat dilihat pada situs EdNa Online, The Learning Federation, serta My future. Dengan e-learning, maka cara-cara belajar tradisional yang harus hadir ke sekolah, bisa digantikan dengan komputer. Kurikulum bisa didapat secara online, pendekatan yang digunakan adalah “learning object” sehingga memungkinkan antara siswa dan ‘guru’ dapat ditentukan dan materi pelajaran juga dapat digunakan berulang-ulang. Dan yang bisa diabaikan, sistem ini juga tidak menghilangkan sifat interaktif.
*Pernah dimuat di Majalah E-Indonesia

25 Agustus 2009

Komunikasi dalam Konflik

Frost dan Wilmot (1978) mendefinisikan konflik sebagai perjuangan—perbedaan di antara pihak-pihak yang dinyatakan, dikenali dan dialami—yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka. Bila anggota-anggota suatu kelompok mempunyai tujuan bersama, kecil kemungkinan konflik akan berkembang.

Konflik baru terjadi ketika atau setelah perbedaan-perbedaan tersebut dikomunikasikan. Konflik sendiri bisa dinyatakan dengan cara-cara berbeda, seperti gerakan nonverbal yang halus, pertengkaran habis-habisan, dari sarkasme yang halus, hingga kecaman verbal terbuka.

Charles Watkins (1974) menawarkan analisis tentang kondisi-kondisi esensial dari konflik, yang membentuk sebuah definisi operasional. Di antaranya: konflik muncul akibat adanya sasaran yang sama-sama dikehendaki tapi sama-sama tidak bisa dicapai, konflik menuntut setidaknya dua pihak yang mampu menjatuhkan sanksi terhadap satu sama lain serta konflik akan berakhir hanya bila setiap pihak merasa puas telah ‘menang’ atau ‘kalah’. Keuntungan definisi Watkins ini adalah hal ini meliputi kemungkinan komunikasi.

Konflik Pribadi dan Organisasi
Gaya konflik merupakan kombinasi dari banyak kepentingan untuk mencapai tujuan. Kepentingan-kepentingan dapat digambarkan dengan dua sumbu yang berjalan, dari kepentingan tingkat rendah menuju kepentingan tingkat tinggi. Sel-sel yang dihasilkan dengan campuran kepentingan untuk mencapai tujuan tertentu, menggambarkan gaya yang dimiliki seseorang dalam menangani konflik.

Menurut Hall (1969), Blake dan Mouton (1980) serta Kilmann dan Thomas (1975), dalam konflik pribadi terlibat beberapa pihak yang disebutnya sebagai pesaing, kolaborator, pendamai, akomodator dan penghindar. Pesaing adalah mereka yang mengejar kepentingan sendiri dengan cara agak kejam dan umumnya mengorbankan anggota-anggota kelompok lain. Kolaborator atau pencegah masalah adalah mereka yang berusaha menciptakan situasi yang memungkinkan tujuan semua kelompok dapat tercapai, dengan mencari solusi masalah.

Kemudian pendamai adalah mereka yang memiliki asumsi bahwa setiap orang yang terlibat dalam suatu pertentangan mampu menerima kekalahan dan berusaha membantu menemukan suatu posisi yang pas. Akomodator adalah mereka yang kurang tegas, namun cukup kooperatif yang mengabaikan kepentingannya sendiri demi kepentingan orang lain. Sedang penghindar atau penurut impersonal adalah mereka yang cenderung memang konflik tidak produktif dan sedikit menghukum, sehingga mereka berusaha menjauhi situasi yang tidak nyaman dengan menolak untuk terlibat.

Konflik antarkelompok dinyatakan dengan cara yang sama seperti pada pertentangan antarpribadi. Menurut Coffey dan kawan-kawan (1975) Ada tujuh tahapan yang menandai siklus konflik antar kelompok. Pertama, keraguan dan kecurigaan mulai mengemuka dan iklim mulai menurun. Kedua, persepsi atas kelompok luar terkena distorsi atau terpolarisasi dengan komentar verbal yang memisahkan kelompok yang “baik” dari kelompok yang “buruk”.

Ketiga, keterpaduan atau perasaan yang terkait seperti keramahan, ketertarikan, keakraban dan kepentingan dalam tiap kelompok meningkat. Keempat, kepatuhan pada norma kelompok meningkat dalam setiap kelompok. Kelima, kelompok mempersiapkan diri mereka menghadapi kepemimpinan dan pengarahan yang lebih otoriter. Keenam, prilaku yang bermusuhan, kurang komunikatif, dan tanda-tanda lain pada hubungan antarkelompok menjadi tampak. Dan ketujuh, pemisahan yang lengkap diharapkan oleh kedua pihak dan setiap bentuk usaha kerjasama yang positif menjadi terhenti.

Dalam organisasi, kelompok melakukan kontak dengan dan interaksi dengan kelompok lain dalam beberapa cara. Ketika terjadi interaksi kelompok, konflik mungkin tidak dapat dihindari. Menurut Nielsen (1972), konflik bisa muncul karena perbedaan karakteristik personal, perbedaan interpretasi, perbedaan persepsi dan pengalaman serta kompetisi untuk mendapatkan sumber-sumber organisasi yang langka.

Haiman (1951) membagi konflik organisasi dalam dua bagian: intrinsik dan Ekstrinsik. Konflik intrinsic merupakan konflik yang berhubungan dengan pemaknaan, bukti, alasan dan nilai. Sedang konflik ekstrinsik berkait dengan kebutuhan individu, perasaan, maksud dan pembelaan diri.

15 Agustus 2009

Sajak Kemerdekaan untuk Sahabat

Sahabat,
masih ingat kah engkau
hari ketujuh belas bulan agustus
Soekarno-Hatta atas nama rakyat memproklamsikan Kemerdekaan
ya, peristiwa itu sudah sekian tahun berlalu
tapi tanpa itu, tak ada negeri indah bernama Indonesia
pasang surut, susah senang, mengiringi kehidupan bumi pertiwi

Sahabat,
perjalanan dan kerja belum ini selesai
kemajuan memang terasa, tapi itu belum apa-apa
puluhan juta rakyat masih terjerat kemiskinan
puluhan juta rakyat belum mendapat pekerjaan
jalan-jalan rusak masih berserakan
listrik-listrik masih padam secara bergiliran
sementara negara-negara lain berlari makin kencang
yang mungkin meninggalkan kita di belakang

Sahabat,
ingatkah engkau
Kemerdekaan ini bukanlah hadiah dari penjajah
Kemerdekaan diperjuangkan dengan segenap raga, darah, jiwa
sampai Soekarno-Hatta berdiri di depan sebuah rumah di Pegangsaan Timur
memproklamasikan Kemerdekaan dan mengibarkan Dwi Warna

Sahabat,
sekian tahun sudah berlalu
tak ada lagi Soekarno, tak ada Hatta, tak ada Bapak bangsa
tapi semangat, cita-cita, harus terus dipelihara
sebab perjalanan belum selesai
kesejahteraan masih harus diperjuangkan
kecerdasan masih harus kita kejar
kemandirian jangan cuma diwacanakan
kesehatan bukan cuma untuk bangsawan
hutan-hutan harus terus dilestarikan
Negara Kesatuan tetap harus dikedepankan

Sahabat,
negara demokrasi akan kita masuki
demonstrasi sudah seperti nasi
kampanye digelar di sana sini
Presiden dan DPR pun bisa berganti-ganti
korupsi sedang dibasmi
membuat petinggi negeri masuk bui

Sahabat,
pancaroba sedang sama-sama kita alami
perubahan ada di sana sini
semoga semua bukan sekadar basa-basi
agar kemerdakaan ini menjadi lebih berarti
Bagi Mu Negeri
Jiwa Raga kami.

(Heru Sutadi – 2009)

07 Agustus 2009

Rendra, Sajak Sebatang Lisong dan Kemerdekaan



Menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-64, Budayawan WS Rendra berpulang menghadap Sang Khalik. Duka cita yang mendalam pastinya. Dan tentu, bukan tanpa sebab, saya mencoba menghubungkan antara WS Rendra dengan Kemerdekaan. Sebab, si ”Burung Merak” ini merupakan tokoh yang begitu mengkritisi arti kemerdekaan.

Beruntunglah, Indonesia mempunyai manusia seperti Rendra, yang tetap kritis, tak lekang karena zaman dan perebutan kekuasaan. Bahkan, saat Soeharto berkuasa, yang segala macam kebebasan dalam kondisi terkekang, Rendra mampu dan berani bersuara lewat puisi-puisinya. Bukan Cuma pandai kritik dan memahami persoalan sosial, budaya, dan politik kekinian, Rendra cukup disegani kemampuannya berseni, yang bukan Cuma di dalam negeri, tapi juga di mancanegera.

Salah satu puisi yang saya suka adalah ”Sajak Sebatang Lisong”. Saya mendengar Rendra membacakan puisi ini ketika memperingati 50 tahun Indonesia Merdeka di Taman Ismail Marzuki 14 tahun lalu.
Foto: Wikipedia
Sajak Sebatang Lisong

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka
matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan
aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
……………………..
menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan
dan di langit
para teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam
aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian
bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
……………………………
kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata
inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

Puisi ini sangat tepat didengungkan terus, termasuk jelang Hari Kmerdekaan ke-64 ini. 64 tahun lalu, soekarno-Hatta, atas nama Bangsa Indonesia, memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang direbut dengan segala pengorbanan, air mata, darah dan nyawa. Perjalanan Bangsa Indonesia membawa kita hingga sekarang, ke sini.




Satu pertanyaan mendasar yang perlu diajukan kita semua, sudahkah negara ini benar-benar merdeka? Tentu pertanyaan yang tidak sulit dijawab, ketika kemiskinan masih merajalela, kebodohan makin meluas karena biaya pendidikan yang kian mahal, kesehatan yang juga masih menjadi barang mewah, harga barang-barang melambung tinggi tanpa kendali. Memang, jalan-jalan seperti di Jakarta menjadi kian macet, PLN sering mati, jumlah selebriti meningkat bahkan sulit membedakan antara selebriti dan politisi, selebriti jadi politisi dan politisi jadi selebriti.




Namun, bukan kemajuan dan kemerdekaan yang terjadi. Kemajuan pasti ada, tapi macet di Jakarta, bukanlah kemerdekaan mengingat social cost dari bermacet-macet ria juga menjadi pemborosan nasional. Macet lebih merupakan kesalahan manajemen transportasi, mengurangi kapasitas jalan untuk busway, bukan dengan menambah kapasitas dengan infrastuktur baru. PLN memang sering mati, bukan berarti orang makin maju, membutuhkan energi lebih banyak untuk nge-charge ponsel, magic jar, maupun menyalakan komputer. Kenyataan itu tidak terbantah sebenarnya, tapi kebijakan energi nasional yang tidak jelas. Mendapatkan energi merupakan hak warga negara dan kewajiban negara untuk menyediakannya.




Dengan jumlah penduduk yang kian banyak, alat-alat baru yang berbasis listrik, otomatis membutuhkan pasokan energi lebih banyak.Jumlah selebriti meningkat juga bukan kemajuan sebenarnya, termasuk lahirnya politisi-politisi baru dari selebriti, maupun politisi jadi selebriti. Menjadi politisi dan selebriti sekarang ini lebih menjanjikan dibanding pekerjaan lainnya. Begitu banyak sarjana kita mengangur karena tak ada lapangan kerja.




Sehingga, cara cepat hidup ‘lumayan’—kalau tak mau dibilang mewah, menjadi selebriti dan politisi merupakan pilihan yang utama bagi banyak orang. Lihat saja, banyak acara-acara TV menawarkan cara cepat jadi selebriti. Pemilu membuat orang berbondong menjadi politisi. Politisi banyak yang berlaih jadi selebriti.

Pemilu baru saja usai, Pilpres pun sudah digelar. Pertanyaannya, akan kah Indonesia menjadi lebih baik? Tiap individu mendapat perhatian karena merupakan aset bangsa, dan bukan angka-angka statistik yang dibutuhkan ketika Pemilu maupun Pilpres saja?


Selamat meresapinya, dan dengan segala kerendahan hati, saya ucapkan DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA. Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami.

04 Agustus 2009

Blog Nordin M. Top dan Pemanfaatan TI dalam Terorisme

Di tengah perkembangan pasca peledakan bom JW Marriott dan Ritz Carlton, satu kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Tanjim Al Qo'idah Indonesia mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom itu. Pernyataan mereka beredar luas di internet. Salah satu situs yang memuat statement kelompok yang dipimpin Abu Mu'awwidz Nur Din bin Muhammad Top adalah http://mediaislam-bushro.blogspot.com. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah itu benar pernyataan Noordin? Sebab, selama ini, dalam aksi terorisme di Indonesia, tidak pernah ada pihak yang merasa bertanggung jawab, dan mengaku peledakan itu adalah ulah mereka, yang disebut sebagai teroris.

Terkait dengan hal itu, ada beberapa catatan yang bisa dikemukakan:

1. Salah satu kunci dari penelusuran terorisme adalah melalui teknologi informasi. Di era informasi seperti sekarang ini, jangan lah pernah dipikir bahwa kejahatan terorisme akan tetap menggunakan media tradisional saja, dengan sel-sel yang rapi, namun juga menggunakan kemajuan teknologi informasi. Beberapa kasus yang pernah mengemuka adalah penggunaan laptop oleh Imam Samudra, ini yang dilakukan beberapa teroris yang ditelusuri di beberapa negara seperti Inggris.

2. Pemanfaatan teknologi informasi dalam terorisme bukan hal baru. Sebelumnya, dengan hadirnya situs propraganda anshar.net untuk memasyarakatkan apa yang mereka sebut dengan Jihad. Selain situs anshar.net, dibeli juga domain anshar.org dan anshar.info oleh orang yang sama, yang dalam ini menamakan dirinya Maz Fiderman. Menurut catatan Network Solution, anshar.net sudah terdaftar sejak 2001. Dengan administrative contact adalah Gede Batang dan menggunakan alamat di Ambon, Maluku. Ada kemungkinan situs ini sudah lama berfungsi dan dijadikan media berkomunikasi dan propaganda para teroris. Situs Anshar.net jelas situs tersebut dapat dikategorikan sebagai situs perluasan paham teroris dengan mengatasnamakan jihad. Jika melihat isi situs, yang menarik adalah tercantumnya nama Mukhlas, pelaku bom Bali I, sebagai Syaikh Mukhlas atau Ustadz Mukhlas yang aslinya bernama Ali Ghufran Al-Tanjuluni hafidzahullah memberikan wasiat kepada semua kaum muslimin.

3. Terkait dengan Blog Noordin M. Top, apalagi melihat isi dari situs tersebut dengan beberapa sasaran yang diinginkan, yang meliputi:

a. Sebagai Qishoh (pembalasan yang setimpal) atas perbuatan yang dilakukan oleh Amerika dan antek-anteknya terhadap saudara kami kaum muslimin dan mujahidin di penjuru dunia

b. Menghancurkan kekuatan mereka di negeri ini, yang mana mereka adalan pencuri dan perampok barang-barang berharga kaum muslimin di negeri ini

c. Mengeluarkan mereka dari negeri-negeri kaum muslimin. Terutama dari negeri Indonesia

d. Menjadi pelajaran buat ummat Islam akan hakikat Wala' (Loyalitas) dan Baro' (Permusuhan), terkhusus menghadapi datangnya Klub Bola MANCESTER UNITED (MU) ke Hotel tersebut. Para pemain itu terdiri dari para salibis. Maka tidak pantas ummat ini memberikan Wala'nya dan penghormatannya kepada musuh-musuh Allah ini

e. Amaliyat Istisyhadiyah ini sebagai penyejuk dan obat hati buat kaum muslimin yang terdholimi dan tersiksa di seluruh penjuru dunia

Yang terakhir ….. bahwasanya Amaliyat Jihadiyah ini akan menjadi pendorong semangat untuk ummat ini dan untuk menghidupkan kewajiban Jihad yang menjadi satu-satunya jalan untuk menegakkan Khilafah Rosyidah yang telah lalu, bi idznillah.

Baiknya, blog tersebut jangan dianggap angin lalu. Sebab, dari substansi komunikasi ada hubungan antara yang disampaikan dengan kejadian yang ada, termasuk kedatangan di ”Setan Merah” Klub sepak bol Manchester United.

Dari fenomena yang ada dua hal yang bisa ditarik, pertama, adalah bahwa terorisme telah menggunakan media baru seperti internet untuk berkomunikasi, baik sesama teroris maupun untuk mencari pengikut. Kedua, dengan sifat internet yang global dan canggih, para pelaku terorisme nampaknya mempunyai latar belakang pendidikan dan pemanfaatan internet yang cukup bagus serta bersifat lintas negara.

Walaupun kelihatannya, audiens yang ingin diajak berkomunikasi adalah komunitas berbahasa Indonesia dan Melayu, namun bisa jadi situs ini dikendalikan dari luar negeri. Pemanfaatan Blog merupakan metode baru, dimana berbeda dengan situs dengan domain tertentu yang lebih mudah ditelusuri, blog punya tingkat kesulitan cyber forensic yang lebih tinggi, apalagi dengan sifat internet yang anonimous. Memang bisa saja, itu bukan Noordin, tapi bukan berarti tak terkait dengan ”sekrup” peledakan Marriot dan Ritz.