28 November 2009

Isu-Isu Mengenai Kehumasan (Public Relation)

Menurut Edward L. Bernays (Bapak Public Relation modern) ada 3 elemen utama dalam PR, yaitu:
- Informing people (memberitahukan orang)
- Persuading people (membujuk orang)
- Integrating people with people (memadukan orang dengan orang).

Tentu saja metode dan pemahaman terhadap PR selalu berubah sesuai dengan perubahan dalam masyarakat. Pada masyarakat tradisional sebenarnya PR sudah dipraktekkan meskipun digunakan dengan menakut-nakuti atau intimidasi. PR juga digunakan untuk mendapatkan impresi, image yang baik dari publik dengan menggunakan tulisan maupun kata-kata.

Praktek Public Relations
Beberapa praktek PR di beberapa negara:
- Roma kuno, vox populi, vox Dei (suara rakyat adalah suara Tuhan)
- Julius Caesar, menggunakan acta diurna untuk melakukan propaganda untuk mencetak opini publik dalam mendapatkan dukungan perang
- Digunakan untuk menyebarluaskan ajaran Kristiani oleh Paus dengan kata-kata dan surat
- Istilah propaganda pertama kali digunakan oleh Gereja Katolik untuk menyebarluaskan agama Kitab Suci (Bible) yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan berbagai bentuk (buku, media mass, surat kabar,dll) untuk membentuk opini publik
- Bureau d’Esprit adalah departemen yang ada dalam kementrian Perancis yang bertugas untuk membantu editorial dan mengirimkan agen-agen ke seluruh bagian Perancis untuk memenangkan dukungan publik dalam Revolusi Perancis
- Dalam pemberontakan Amerika dalam Revolusi Amerika digunakan ahli-ahli PR yang menggunakan pidato, surat kabar, pertemuan-pertemuan, komite-komite, pamlet, korespondensi untuk memenangkan opini publik
- Dalam era industri di Amerika, PR banyak terkait dengan perkara buruh dan majikan publisitas untuk menarik konsumen
- Biro pers digunakan perusahaan-perusahaan di Amerika untuk menyebarluaskan berita-berita yang favourable tentang mereka dan yang unfavourable tentang kompetitornya
- Perusahaan KA Amerika adalah organisasi pertama yang memanfaatkan PR secara profesional.


PR di Era Millenium Baru
Isu-isu yang berkembang dalam era milenium baru adalah:
- Persamaan ras dan gender
- Lingkungan (polusi, penggundulan hutan, kerusakan habitat, dll)
- Peningkatan kualitas hidup
Maka PR harus menggunakan isu-isu tersebut sebagai bagian dari komunikasi kepada publiknya. Profesi PR semakin global, lintas negara, semakin makmur dan semakin banyak wanita yang berprofesi sebagai PR.

Etika Public Relations
- Barnum mengkritik bahwa PR seringkali memanipulasi kepentingan publik untuk keuntungan pribadi, menggunakan pers, special event dan aktivitas lainnya untuk menciptakan citra yang menjadi topeng untuk menutupi tujuan komersial
- Marvin Olasky, mengkritik pada level makro. PR pada abad 19 dan 20 lebih banyak bekerja untuk memenangkan persaingan ekonomi. Sedangkan pada level mikro, terkait dengan media, bahwa apa yang dilakukan oleh PR setiap hari dipandang tidak karuan, dibuat-buat , tidak akurat, tidak benar dan bahkan membahayakan kebebasan dan kemerdekaan.

Kritik tersebut tidak semua benar, tetapi memang ada praktek PR yang melakukan penipuan. Karena itu, banyak organisasi PR atau pendidikan PR di kampus-kampus selalu membekali pesertanya dengan rambu-rambu etika.

Teknologi dalam Public Relations
Teknologi digunakan dalam PR untuk membantu mendistribusika ide dan aktivitas PR, seperti:
- TV
- Video-conference
- Satelite Media Tours
- Video News Release
- B-Roll
- Webcasting
- Personal Computer
- Internet

Di samping hardware yang digunakan dalam membantu aktivitas PR, beberapa software juga dikembangkan seperti data base yang digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap sasaran PR sekaligus mendistribusikan pesan-pesan kepada mereka. Penggunaan email juga digunakan untuk mendistribusikan pesan dengan cepat dari institusi maupun publik.

Genre dalam Public Relations
a. Definisi PR menurut pandangan industri:
- Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi, membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai publiknya yang kepadanya organisasi menggantungkan kegagalan atau keberhasilannya (Cutlip, Center, dan Broom)
- Public Relations membantu masyarakat kita yang kompleks dan plural untuk mencapai keputusan dan berfungsi lebih efektif dengan membentuk pemahaman yang saling menguntungkan antara kelompok-kelompok dengan institusi. PR melayani swasta dan publik agar tercipta kebijakan yang harmonis

b. Tugas-Tugas PR
- Memberi saran dan konsultasi kepada organisasi terhadap masalah komunikasi yang mempengaruhi publiknya
- Menyediakan sistem peringatan awal untuk mengatasi isu-isu yang terkait dengan keberhasilan organisasi
- Menyediakan dukungan teknis pada fungsi-fungsi manajemen lainnya dengan penekanan pada publisitas, promosi dan hubungan media
- Bertindak sebgai “penjaga gerbang” antara perusahaan atau organisai dan publiknya yang paling tampak dengan mewakili pers, pembuat UU dan pegawai pemerintahan

c. Tugas PR dalam Media Relations
- Memutuskan strategi, merencanakan dan mengkoordinasikan media relations dan publisitas
- Menyiapkan dan menyebarluaskan news release, press kit dan press alerts
- Menelpon, menulis, mem-fax, email para editor dan wartawan
- Bekerjasama dengan jasa PR yang diperlukan untuk membantu mereka dalam aktivitas-aktivitas PR
- Mengevaluasi hasil-hasil Media Relations dan publisitas

d. Kategori PR:
- Publisitas (media Relations)
- Promosi dan penjualan
- Communications Relations
- Government Relations
- Public Information
- Special Event
- Employee Relations
- Issue Management
- Lobbying

e. Publik dalam PR
Publik adalah audiens yang dengan siapa PR berkomunikasi sebagai bagian dari pekerjaan rutinnya. Dalam mencapai publiknya PR sering menggabungkan teknik dan alat-alat PR seperti marketing, advertising dan Human Resources. Publiknya adalah:
-Customers
- Employee
- Shareholders
- Donor
- Pers, dll

Industri Public Relations

a. Public Relations akan menguntungkan, karena:
- Meningkatkan kredibilitas dan akuntabilitas
- Menguatkan identitas publik
- Liputan pers yang lebih favourable
- Memperbesar sensitivitas kebutuhan publik
- Meningkatkan moral karyawan
- Memperbesar pangsa pasar
- Meningkatkan penjualan
- Manajemen internal yang baik


b. Elemen-elemen Kesuksesan PR
- Praktek PR berdasarkan riset dan evaluasi
- PR adalah tindakan yang terencana, tidak asal-asalan
- PR memberikan dukungan terhadap tujuan publik
- Alat-alat dan teknik PR untuk membawa dan mendapatkan informasi
- PR perlu diperjelas keterkaitannya dengan advertising dan marketing, riset pendapat, media cetak dan elektronik


c. Profil Industri PR
- Pengertian PR digunakan secara berbeda, seperti:
o Perusahaan: public affairs, corporate communication, Corporate Relations
o Layanan Publik: Consumer Affairs, Communication Relations
o LSM dan pemerintah: Public Information, Marketing Communications
- Biasanya mereka dipecah-pecah berdasarkan tugasnya yang spesifik sperti investor relations, Financial Relations, Media Relations.
- Sekarang semakin banyak perusahaan yang memiliki departemen PR juga sekolah, rumah sakit dan lembaga sosial
- Ada ribuan perusahaan PR independen dengan beberapa atau ribuan pegawai dengan gaji PR juga tinggi, rata-rata $53,000. Di samping itu mereka ada yang memperoleh bonus, saham atau paket kompensasi lainnya
- Kerja praktisi PR diawali dari wilayah publisitas dan media relations, menulis dan mengedit news release, reporter, editor dan memunculkan liputan pers
- Praktisi musiman bekerja berdasarkan rencana dan manajemen seperti pembicaram pembuat proposal atau presenstasi.



Isu-Isu tentang Public Relations

- Perusahaan besar yang mampu membayar PR profesional mempunyai kekuatan yang besar untuk mempengaruhi opini publik melalui media yang seringkali merupakan bagian dari korporasi perusahaan itu sendiri. Sehingga sering terjadi ketegangan antara kepentingan publik dan swasta seperti masalah: korupsi, polusi lingkungan, mempengaruhi kebijakan yang tidak pantas, atau pengendalian perdagangan, dan juga kritik sosial
- Tenaga profesional PR yang mempunyai kemampuan dinilai masih kurang seperti kemampuan di bidang jurnalistik, teknologi komunikasi,bisnis dan manajemen. Untuk itu seringkali organisasi PR mengadakan pelatihan, seminar, konferensi maupun program fellowship dan akreditasi untuk para praktisi PR
- Riset dan evaluasi untuk menilai dampak dan efektivitas usaha-usaha yang dilakukan oleh PR masih belum memuaskan. Padahal riset adalah dasar dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan program PR. Hal itu terkait dengan masalah besarnya biaya yang diperlukan, sementara masih banyak top management dari pihak klien yang belum terbiasa dengan riset sebgai bagian dalam penentuan anggaran kegiatan PR.

- Teknik riset dalam PR antara lain:
o Environmental monitoring : untuk mengetahui iklim perusahaan
o Audit: untuk mengetahui pemahaman organisasi dengan publiknya
o Readability studies: untuk menganalisis efektivitas publikasi

07 November 2009

Tulisan tentang Potensi Jejaring Sosial dan "People Power"

Tulisan saya tentang "Jejaring Sosial dan "People Power" (Kekuatan Rakyat) dimuat di Harian Kompas (Kamis, 5 November 2009). Beriktu tulisannya. Selamat membaca:

Jejaring Sosial dan Kekuatan Rakyat


Hingga kini lebih dari setengah juta pengguna jejaring sosial Facebook bergabung dalam ”Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Rianto”.

Dukungan itu sebagai respons atas penahanan dua unsur pimpinan (nonaktif) KPK terkait kasus yang dinyatakan kepolisian sebagai ”penyalahgunaan wewenang”.

Gerakan yang melibatkan pengguna Facebook—facebookers—ini merupakan kali kedua setelah beberapa waktu lalu bergerak cepat dalam mendukung Prita Mulyasari, ibu rumah tangga yang ditahan karena berseteru dengan rumah sakit. Prita ditahan karena mengirim e-mail keluhan ke beberapa teman.

Peran internet

Julianne Schultz dalam Universal Suffrage? Technology and Democracy mengatakan, kemampuan adaptif teknologi memiliki kapasitas untuk memengaruhi kemampuan masyarakat berfungsi di sebuah masyarakat demokrasi. Itu sebabnya teknologi berpotensi memengaruhi hakikat demokrasi itu sendiri.

Dengan hadirnya internet, misalnya melalui mailing list, topik diskusi atau percakapan yang semula berkisar soal ilmu pengetahuan meluas. Informasi dari politik, teknik, hingga erotik hadir di sini. Wilayah publik menggantikan matriks demokrasi politik seperti di kafe, taman, sudut jalan, yang diistilahkan Jurgen Habermas sebagai ruang publik.

Dalam melihat emansipasi politik, penggunaan kata ”publik”, ”berbicara”, dan pertemuan ”tatap muka” cukup membingungkan dan kompleks. Selain hal itu hanya berupa ”kedipan elektronik”, juga karena piksel-piksel itu dikirim individu dari lokasi-lokasi berbeda, jauh, dan mungkin belum pernah bertemu. Namun, ruang publik, apalagi dengan Web 2.0, juga bisa diciptakan dan berlangsung melalui tampilan elektronik di layar monitor.

Di Indonesia, setelah lebih dari tiga dekade rezim Soeharto menikmati kontrol yang hampir mutlak atas ruang media, komunikasi dan informasi, internet menjadi alat penting mengakhiri era ini. Pelengseran rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto ke Orde Reformasi sedikit banyak juga dipengaruhi gelombang informasi lewat internet.

Peran internet sebagai media alternatif saat media dalam negeri dihantui ketakutan pascapemberedelan Tempo, Editor, dan DeTIK cukup signifikan. Beberapa situs, Apakabar, Indonews, Joyonews, Pijar Online dan Tempo Interaktif, memberi warna percepatan penyebaran informasi politik yang kontroversial dan kritis saat itu. Situs-situs itu lebih cepat menebar berita daripada media massa lain.

Jejaring sosial

Dalam setahun terakhir ini, peran jejaring sosial amat terasa. Banyak orang yang sudah lama tak bertemu dipertemukan melalui jejaring sosial seperti Facebook. Pertemuan yang semula bersifat online berlanjut ke ”kopi darat”. Beragam reuni digelar, dari teman kuliah hingga kawan sekolah. Di sini terlihat, pertemanan yang bersifat online bisa menjadi offline bilamana ada keterkaitan yang mengikat dalam pertemanan offline, misalnya teman sekolah, kawan di kampus, komunitas tertentu, maupun rekan kerja. Bentuk pertemanan tanpa latar belakang seperti itu tidak dapat dikategorikan pertemanan yang nyata.

Ketika banyak seruan melalui jejaring sosial mengenakan pita hitam sebagai ”kelanjutan” dukungan terhadap KPK, diakui atau tidak, seruan tidak banyak dilakukan. Sebab, bentuk persetujuan dukungan lewat jejaring sosial amat mudah. Terima notifikasi, lalu tinggal klik apakah kita setuju atau tidak gerakan itu. Berbeda dengan realitas. Pita harus dicari bahkan dibeli, untuk demo bersama tentu juga butuh dana, sehingga akhirnya hanya sebatas dukungan online saja.

Namun, bukan berarti jejaring sosial dapat diabaikan. Jika ada pihak yang pandai menggerakkan komunitas yang online menjadi offline, apalagi dengan mengusung isu satu ”musuh bersama”, bukan tidak mungkin jejaring sosial dapat menjadi kendaraan meraih simpati publik, yang meluas memicu kekuatan rakyat.

Karena itu, sebelum itu terjadi, galangan opini maupun isu yang mengemuka melalui jejaring sosial tetap perlu menjadi perhatian. Setidaknya, kalau tak menggerakkan rakyat ke jalan, demokrasi melalui ”kedipan layar elektronik” tetap lebih berbiaya murah dan potensi kerusakan yang dihasilkan tak semenakutkan jika ratusan ribu orang berkumpul untuk berdemo. Itu bisa dikatakan, kedewasaan demokrasi sebenarnya, berpendapat tanpa harus dengan kekerasan.

01 November 2009

Perkembangan Industri Musik dan Rekaman

*RBT Menyelamatkan

Industri musik rekaman pada awalnya bersifat analog. Yaitu, dengan ditemukannya phonograph oleh Thomas Edison, yang merekam gelombangan suara dapat bentuk lekukan di atas silinder yang berputar yang dilapisi kertas timah. Pada phonograph pertama, suara dikuatkan secara mekanik melalui terompet. Dalam perkembangannya, Emile Berliner kemudian menemukan gramophone. Kedua temuan tersebut dianggap sebagai awal industri rekaman.

Pengusaha Lippincott kemudian mulai mengoperasikan penny arcades, yang menggunakan koin untuk dapat memakai phonograph. Kemudian sebuah perusahaan,Victor Talking Machine, memperkenalkan Victrola untuk mendengarkan musik rekaman di rumah.

Perkembangan teknologi membawa industri rekaman dan musik membawa perubahan dalam hal media perekaman yang berimplikasi terhadap kualitas, kapasitas dan cara mendengarkan musik. Jika pada awalnya hanya satu atau dua lagu per sisi dengan kecepatan 78 rpm, kemudian dengan dengan kehadiran magnetik tape, lalu compact disc (CD), secara kualitas musik yang didengaran makin baik, kuantitas lagu yang dapat diperdengarkan juga meningkat, apalagi dengan kehadiran MP3, sehingga kini musik pun dapat didengarkan lewat internet.

Dalam industri rekaman, beberapa elemen yang mempunyai pengaruh signifikan adalah bakat, studio dan perusahaan perekaman serta distributor. Untuk talent, di dalamnya terdapat unsur penyanyi, pencipta lagu, manajer dan penata musik.
Beberapa dampak yang dibahas dalam bagian ini adalah kehadiran MTV yang dianggap sangat berpengaruh dalam industri musik dan rekaman. Video klip musik yang ditayangkan oleh MTV, menjadi barometer tangga lagu yang disiarkan radio dan televisi, sehingga membuat lagu tersebut makin populer dan orang diharapkan membeli kaset atau CD-nya.

Persoalan krusial yang menjadi ancaman terhadap industri musik dan rekaman adalah masalah pelanggaran hak atas kekayaan intelektual. Bukan saja dengan hadirnya kaset atau CD bajakan, namun dengan kehadiran internet penikmat musik dapat mendapatkan lagu yang dicari, mendengarkan atau menyimpannya secara mudah tanpa perlu mengeluarkan uang. Persoalan ini, secara hukum dan teknologi, hingga kini belum jelas bagaimana untuk mengontrol dan mendapatkan keuntungan royalti pendistribusiannya.

Industri Musik dan Rekaman Indonesia
Menurut catatan Bens Leo (Newsmusik, 04/2000), sejarah industri rekaman di Indonesia berawal dari dua tempat: Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng Jakarta. Lokananta adalah milik pemerintah, dan melahirkan lagu-lagu daerah. Sementara Irama, banyak melahirkan lagu-lagu hiburan. Nama-nama seperti Rachmat Kartolo, Nien Lesmana, sampai Patty Sisters pernah rekaman di sana, yang awalnya hanya sebuah studio kecil di sebuah garasi di Menteng, Jakarta Pusat. Peristiwa rekaman itu terjadi di ujung tahun 1950-an hingga memasuki tahun 1960-an.

Memasuki awal 1970-an, di daerah Bandengan Selatan Jakarta Kota, Dick Tamimi mendirikan studio rekaman Dimita. Studio rekaman ini juga menjadi pioner rekaman lagu-lagu pop, karena di tempat ini nama-nama tenar Koes Bersaudara, Panbers, Dara Puspita, Rasela, lahir. Keunikan Dimita, rekaman harus berhenti karena ada kereta api lewat. Pada saat itu, teknologi rekaman pun masih me- ngandalkan jumlah track yang kecil, 8 tracks. Karena terletak di pinggir rel kereta api, proses rekaman harus dilakukan begitu lama.

Setelah itu muncul raja studio rekaman Indonesia, dan kelak dianggap sebagai produser legendaris yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, yakni Yamin yang memiliki studio rekaman Metropolitan, kini Musica Studio dan Eugene Timothy yang memiliki Remaco. Remaco pernah menjadi perusahaan rekaman ter besar di Indonesia, dengan akses kuat ke pergaulan di dunia rekaman Internasional. Di Remaco, lahir nama-nama besar Bimbo, D'Lloyds, The Mercy's dan kelak Koes Bersaudara yang pada tahun 1967 berubah nama menjadi Koes Plus pun pindah ke tempat ini.

Tatkala Remaco ambruk pada awal tahun 80-an dan Eugene tinggal mengandalkan sejumlah master rekaman yang masih dimilikinya, baik sejak di era rekaman piringan hitam maupun kaset rekaman, Musica ganti menunjukkan dominasinya. Dengan caranya sendiri, banyak sekali artis musisi yang mampu bertahan lama, dikontrak jangka panjang oleh Musica. Sebagai contoh adalah Chrisye, yang dimulai dari jaman album solo Sabda Alam (1978) sampai album Badai Pasti Berlalu (1999), direkam sebagian besar di Musica.

Dekade terakhir, industri musik dan rekaman Indonesia diwarnai kehadiran cabang BMG, Universal, EMI, Warner Music Indonesia dan Sony Entertainment, lima industri musik kelas dunia. Lima raksasa ini kira-kira mendapatkan 40-50 persen dari omzet industri rekaman Indonesia. Total omzet industri musik di Indonesia sekitar Rp 850-900 miliar per tahun dimana 40 persen untuk musik asing, yang royaltinya dikuasai kelima perusahaan tersebut. Sedang sisanya, sekitar 60 persen untuk musik Indonesia.

Ancaman terhadap industri musik dan rekaman di tanah air adalah persoalan pembajakan kaset dan CD yang meningkat tajam. Bahkan menurut Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri) beberapa waktu lalu, pembajakan itu mencapai hingga 500%. Sementara itu, dengan kehadiran internet dan teknologi MP3, kini lagu-lagu kesukaan kita dapat didapatkan dengan mudah dan murah. Bisa dibayangkan, dalam satu CD MP3 yang dapat dibeli dengan harga kurang dari Rp 10 ribu, ratusan lagu artis kesukaan dapat kita nikmati.

Ramainya pembajakan, menemukan solusinya dengan perkembangan industri telekomunikasi yang bergerak signifikan. Beberapa yang membuat industri musik dan rekaman tetap bergeliat di antaranya adalah ringtone dan, khususnya, ring back tone. Ini cukup menarik. Sebab RBT merupakan layanan yang diberikan pemakai ponsel untuk diberikan bagi lawan bicara yang ingin menghubunginya, dengan menggantikan bunyi yang sekadar " tut....tut...tut..." menjadi beragama lagu sesuai pilihan si empunya. Dengan harga berlangganan Rp. 5 ribu - Rp. 7 ribu per lagu per bulannya, bisa dibayangkan berapa duit yang berputar dari layanan ini. Beberapa waktu lalu, ketika lagu Mbah Surip " Tak Gendong" mewabah, disebut-sebut RBT dari lagu ini menghasilkan uang milyaran rupiah, meski yang didapat Alm. Mbah Surip 'cuma' sedikit. Tentu bukan cuma "Tak gendong" lagu-lagu yang masuk jajaran "Top 40", bahkan lagu religius yang dinyanyikan Oppick, seperti "Tombo Ati" atau yang berbau nasionalis seperti "Kebyar-Kebyar"-nya Gombloh, juga kebagian rejeki.

Ya, pengguna telepon seluler yang sekitar 160 juta orang tentu saja merupakan pasar yang 'manis'. Tak heran, jika disebut-sebut, industri musik dan rekaman cukup diuntungkan dari industri dan telekomunikasi--kalau tak mau dibilang berhutang budi. Apalagi, yang cukup menarik adalah, RBT tidak bisa dibajak, sehingga HAKI begitu dijunjung alam layanan ini. Meski, soal pembagian, mungkin masih belum ada keseimbangan, antara pihak-pihak yang terlibat.