30 Mei 2009

Belajar Mengembangkan ICT dari Jerman

Layanan Elektronik Hampir di Semua Lini

Istilah “jam karet” tidak asing lagi dalam kosakata kehidupan kita saat ini. Bahkan, budaya “ngaret” begitu sulit dihilangkan mengingat keterbatasan infrastruktur dan sistem transportasi di Indonesia. Bahkan karena kemacetan yang tidak dapat diprediksi, khususnya di kota-kota besar, “ngaret” dengan alasan macet dapat dimaklumi sebab jalanan mana misalnya di Jakarta yang tidak macet bahkan di hari libur sekalipun.

Lain di sini, lain pula di Jerman. “Ngaret” begitu memalukan. Hal itu selain karena memang alat dan sistem transportasi umum teratur secara amat baik, juga perjalanan dari satu tempat ke tempat lain begitu dapat diprediksi bahkan dapat dihitung berapa lama dan jenis kendaraan apa yang dapat dipergunakan. Dan informasi seperti itu, dapat diakses secara luas melalui internet.

Ambil contoh saja dengan transportasi di sebuah kota kecil di wilayah Franconia, Nuremberg. Melalui situs www.vgn.de, kita dapat memprediksi berapa lama perjalanan dan angkutan apa saja yang dugunakan. Katakanlah penulis yang pernah bekerja di sana ingin pulang ke rumah dari kantor yang terletak di Jalan Thurn-und-Taxis ke RentaHome di kawasan dekat Europaplatz. Dengan fasilitas timetable kita tinggal memasukkan kedua tempat itu, jam perjalanan dan klik!

Jika kita memasukkan jam perjalanan sekitar pukul 17, terlihat bahwa perjalanan membutuhkan waktu 33 menit dengan berbagai pilihan: 16: 56, 17:06, 17:16 ataupun 17:26. Dari electronic timetable tersebut yang dalam prakteknya begitu on time, terinci jenis kendaraan apakah itu bus, kereta bawah tanah (U-Bahn) maupun tram berikut nomor “trayek” yang harus kita gunakan dan di mana kita harus berganti kendaraan-kendaraan tersebut. Tak ketinggalan adalah perjalanan tersebut masuk dalam zone berapa untuk dapat menentukan tarif yang harus dibayar.

Bukan hanya untuk dalam kota saja. Dari kota yang hanya berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa ini, dapat pula ditentukan jenis dan lamanya perjalanan untuk keluar kota. Katakanlah kita mempunyai jadwal pertemuan di Frankfurt pukul 9 pagi. Maka, lewat situs www.bahn.de, akan didapat informasi jam berapa saja kereta akan berangkat dari Nuremberg, baik yang langsung ke Frankfurt maupun harus berganti kereta di kota lain.

Agar sampai di Frankfurt sebelum pertemuan, maka didapat setidaknya tiga jadwal perjalanan, dengan berbagai variasi waktu tempuh. Yang tercepat adalah menggunakan ICE (InterCity Express)—kereta cepat di sana, langsung dengan waktu tempuh 2 jam 10 menit. Namun perjalan dilakukan pada pukul 05:29 dan tiba di Frankfurt 07:39 waktu setempat. Yang mungkin agak siangan adalah kereta ICE yang berangkat pukul 06:37 dan tiba di Frankfurt pukul 08:53. Hanya saja, karena tidak langsung ke stasiun utama, yang memilih perjalanan ini harus berganti dengan kereta lain di Frankfurt bagian Selatan.

Menariknya, semua pemesanan untuk perjalanan dapat dilakukan melalui internet. Bahkan untuk memesan hotel di tempat yang dituju. Jika sekiranya perjalanan yang dipilih dengan kereta ICE yang untuk satu orang dewasa bertarif 41 Euro dirasa melebihi ukuran kantong, maka dapat dipih perjalanan dengan kerete Regional Express (RE) yang bertarif 30,80 Euro. Hanya saja, waktu tempuh yang diperlukan menjadi 3 jam 15 menit dan jika mengambil waktu keberangkatan jam 06:09, maka akan tiba di tujuan pukul 09:24.

Selain soal jadwal perjalanan, tarif dan jenis kereta yang digunakan, situs jawatan perkeretaapian di Jerman itu juga memberikan penawaran-penawaran dengan paket khusus. Selain untuk dalam kota, ditawarkan pula paket perjalanan ke negara-negara tetangga dari negara jantung Eropa tersebut. Penawaran bisa berupa potongan harga maupun last minute, dengan atau tanpa hotel. Semua transaksi bisa dilakukan hanya melalui internet dari rumah, kantor maupun cyber cafe. Dan tiket, tentunya setelah transaksi terjadi, dapat diantar hingga ke rumah.

Segala Lini
Layanan e-government di Jerman, hampir diberikan di semua lini. Dan karena Jerman merupakan negara federasi, tiap-tiap negara bagian bahkan dalam tingkat kota, walaupun beberapa aplikasi yang ditawarkan hampir sama, namun tetap ada yang khas dari layanan yang ditawarkan.

Misalnya saja Kota Rosenheim yang menawarkan layanan interaktif untuk mencari tempat parkir. Bagi yang membutuhkan tempat parkir yang kosong, dapat dicari di pintu masuk tempat-tempat parkir maupun mencarinya baik secara online dengan internet maupun melalui telepon seluler dengan fasilitas internet. Selain tempat dengan peta kota yang cukup komprehensif, peminat dapat pula mengetahui informasi mengenai tarif serta jam buka maupun tutup. Situs yang dapat diakses dari ponsel dengan fasilitas internet adalah wap.rosenheim.de.

Sementara itu, Kota Bonn yang terletak di negara bagian North Rhine-Westphalia, menawarkan bermacam layanan online seperti aplikasi bisnis, aplikasi untuk ijin kerja, pendaftaran kendaraan dan sebagainya. Layanan yang cukup bagus dari bekas ibu kota Jerman ini adalah portal informasi mengenai seluruh Taman Kanak-Kanak di kota itu. Para orang tua dapat mendaftarkan anak-anak mereka ke TK yang dipilih secara online. Asalh tahu saja, walaupun gratis, untuk memasukkan anak ke sekolah, pendaftaran dilakukan jauh beberapa bulan sebelumnya.

Kota Cologne lain lagi. Dengan koneksi keamanan SSL, warga kota itu dapat memesan dokumen seperti akte kelahiran, akte perkawinan dan dokumen penting lainnya. Melalui situs kota tersebut, pengunjung diinformasikan juga bagaimana tahap-tahap untuk memesan dokumen yang dimaksud. Sistem juga menawarkan pengantaran dokumen serta pembayaran yang berbeda-beda.

Bagi para pencari kerja, persoalan yang mencuat sejak reunifikasi Jerman di tahun 1990, pemerintah melalui situs Departemen Kerja di sana, juga membuka informasi seputar lowongan kerja di www.arbeitsamt.de. Di situs tersebut, dipertemukan antara pencari dan perusahaan-perusahaan yang mencari pekerja. Tentu saja, pencari kerja diharuskan mengisi keahlian spesifik yang dimiliki sehingga pemberi kerja mendapatkan orang yang tepat untuk posisi yang ditawarkan.

Selain dimanfaatkan orang Jerman sendiri, situs ini juga sering dikunjungi orang luar Jerman yang berkeinginan bekerja di sana termasuk dari Indonesia. Apalagi ketika Jerman begitu membutuhkan orang asing yang ahli di bidang teknologi informasi dengan iming-iming kartu hijau (greencard). Banyak orang Indonesia beruntung mendapatkannya dan berhak atas segala fasilitas layaknya orang Jerman, kecuali ikut pemilu. Di samping situs pemerintah, situs lain seperti www.jobpilot.de sebenarnya menawarkan juga lowongan bagi para pencari kerja, namun dikelola oleh swasta.

Karena menjadi negara tujuan untuk belajar terutama untuk pendidikan tinggi, hampir semua universitas maupun fachochshcule membuka informasi seluas-luasnya terhadap calon mahasiswa untuk mengetahui tentang lembaga pendidikan tinggi di sana. Termasuk informasi mengenai akomodasi, beasiswa, serta keadaan kampus. Yang menarik, beberapa kampus juga menyajikan kunjungan virtual ke kampus mereka, sampai hingga ke dalam perpustakaannya. Tak ketinggalan, dapat pula dilihat keadaan kampus secara realtime lewat kamera-kamera yang dipasang di sudut-sudut kampus.

Bukan hanya kampus saja yang bisa disaksikan secara realtime, acara-acara unik di Jerman pun seperti pesta minum bir Oktoberfest di Muenchen pun dapat disaksikan lewat kamera yang dipasang di pojok-pojok keramaian. Begitu juga dengan dengan acara Christkindlmarkt yang diadakan di Nuremberg. Ramainya pasar dengan penjual pernak-pernik, anggur, makanan, serta perabotan dapur menjelang Natal itu dapat disaksikan dari belahan dunia manapun melalui kamera yang terhubung ke internet melalui situs www.nürnberg.de.

Untuk menelusuri layanan e-government di Jerman baiknya memang peselancar mahfum akan Bahasa Jerman (Deutsch). Hal itu karena meski situs-situs sudah disajikan dalam dua bahasa, Deutsch dan Inggris, namun banyak link-link yang walaupun sudah berbahasa Inggris, kemuudian kembali lagi ke Deutsch. Bagi orang Jerman tentu tidak menjadi masalah, namun tidak bagi orang luar Jerman.

Enam Fase Perencanaan

Sebelum semua layanan yang telah digambarkan dapat dipergunakan masyarakat, dalam buku manual pengembangan dan implementasi e-government di Jerman, yang versi Inggris-nya hanya dipublikasikan secara online, ada enam fase perencanaan yang perlu jadi perhatian. Yaitu: inisialisasi, strategi, analisis, desain pada high level, implementasi dan tes, serta pengenalan dan awal pengoperasian. Keenam fase tersebut merupakan titik awal untuk mengenalkan e-government kepada publik di sana. Tahap perencanaan dapat diartikan sebagai saran bagaimana layanan dapat disediakan secara online.

Dari beberapa fase, yang menarik untuk disimak adalah fase strategi karena di sinilah didefinisikan tujuan e-government bagi publik. Setelah didefinisikan, pada fase ini kemudian ditentukan layanan apa saja yang mungkin diimplementasikan secara online. Setelah diidentifikasi, kemudian ditentukan prioritas. Baru kemudian ditentukan strategi implementasinya. Strategi implementasi di sini termasuk merencanakan sumberdaya manusia, finansial dan membuat guidelines.

Dalam fase realisasi dan tes beberapa aktivitas yang dilakukan meliputi persiapan pembuatan software dan adaptasi. Kemudian dilakukan procurement dan instalasi software dan hardware. Setelah itu dilakukan manajemen perubahan, dokumentasi hingga persiapan untuk pengetesan. Sebelum benar-benar layanan e-government digunakan, dilakukan pengujian lebih dulu dengan memperhatikan faktor keamanan situs-situs tersebut.

Mengenai masalah keamanan, hal itu akan terkait dengan proteksi pertukaran data yang menyangkut kerahasiaan, integritas dan keaslian. Aspek-aspek itu sangat penting dalam aplikasi e-government dan merupakan kondisi realistis yang patut menjadi perhatian karena layanan e-government tidak berjalan dalam ruang hampa. Setelah semua itu, baru kemudian didapat kesimpulan apakah layanan e-government yang akan dipublikasikan ke masyarakat dapat dipakai atau tidak.

Pengembangan e-government di Jerman dikoordinasikan oleh Bundesamt für Sicherheit in der Informationstechnik (BSI) melalui apa yang dinamakan BundOnline 2005, sejak diluncurkan sekitar empat tahun lalu. Di bawah bendera BundOnline 2005, tujuan yang ambisiusnya adalah menawarkan semua layanan pemerintahan secara online pada 2005. Dan hal itu, hampir semua tercapai. Termasuk komponen dasar berupa ruang virtual untuk surat-menyurat yang saat ini masih dalam tahap pengembangan di bawah koordinasi BSI.

Dalam hal pengertian e-government sendiri, yang menarik dari Jerman adalah pemahaman bahwa e-government bukanlah sekadar proyek implementasi teknologi informasi. Tapi merupakan bagian dari modernisasi layanan publik pada tiap tingkatan administratif pemerintahan. Sehingga, inisiatif semisal Deutschland Online maupun inisiatif yang terkait dengan perubahan birokrasi, hal itu terkait dengan e-government. Ha itu dapat dimengerti, karena tantangan terberat dalam implementasi e-government adalah mengubah kultur birokrasi industri ke birokrasi era informasi, serta melayani publik dan bukan dilayani.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

nice share... don't forget to visit www.goal55.com