Beberapa minggu lalu, komunitas teknologi informasi mencatatkan beberapa rekor MURI baru. Selain rekor, di bulan Kebangkitan Teknologi Nasional ini, beberapa wilayah mendeklarasikan visinya menjadikan wilayahnya jadi pulau digital, semisal peluncuran Batam Digital Island. Dari aktivitas tersebut, nampaknya kini telah mulai membudaya kesadaran bahwa teknologi dapat dijadikan kendaraan agar wilayah di nusantara ini dapat kompetitif dan berdiri sejajar di antara daerah-daerah lainnya, bahkan dengan luar negeri.
Memang, bangsa ini perlu belajar, berusaha dan bekerja sekerasnya untuk menguasai teknologi sebab teknologi telah menjadi jantung perkembangan manusia sejak spesies pertama manusia, Homo habilis, yang hidup 2,5 juta tahun lalu.. Bahkan teknologi harus menjadi salah satu prioritas pembangunan bangsa ke depan. Hanya saja, yang jadi persoalan dan perdebatan adalah teknologi baru apakah yang akan dikembangkan? Apakah teknologi informasi dan komunikasi bisa jadi pilihan?
Sebelumnya, Indonesia memilih teknologi pesawat terbang dalam pengembangan teknologi di tanah air. Kegagalan yang membuat mayoritas karyawan PT Dirgantara Indonesia (dahulu PT IPTN, dan sebelumnya lagi adalah Industri Pesawat Terbang Nurtanio) ‘dirumahkan’ dan tidak jelas nasibnya, memberi pelajaran bahwa industri ini tidak begitu cocok bagi bangsa Indonesia.
Pengembangan teknologi yang berbiaya tinggi dan bergantung pada power orang tertentu, redup seiring tak ada dana cukup untuk membiayainya dan kekuasaan pendukung teknologi tersebut berkurang. Belajar dari kasus PT DI, kini merupakan saat yang tepat memikirkan kembali format baru pengembangan teknologi yang cocok dengan kondisi Indonesia dewasa ini serta lestari, ekonomis dan bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.
Trend Teknologi dan Format Baru
Kini, tranformasi teknologi terjalin transformasi lain, globalisasi, dan menciptakan paradigma baru yaitu era jaringan. Tak ada individu, lembaga kemasyarakatan, bisnis maupun pemerintah yang dapat mengabaikan perubahan ini. Sebab transformasi tersebut, membuat teknologi menjadi alat dalam pembangunan yang berpusat pada manusia, khususnya mengurangi angka kemiskinan.
Kombinasi transformasi teknologi dan globalisasi yang menciptakan era jaringan, membuat teknologi tingkat lanjut menjadi semakin cepat dan fundamental. Ada tiga bidang yang memimpin transformasi ini, yaitu teknologi komunikasi dan informasi, bioteknologi dan, yang baru muncul, nanoteknologi.
Teknologi komunikasi dan informasi melibatkan inovasi dalam dunia mikroelektronik, komputer (hardware dan software), telekomunikasi dan opto-elektronika. Inovasi ini memungkinkan proses dan penyimpanan informasi dalam jumlah sangat besar, juga pendistribusian dan akses informasi yang sangat cepat melalui jaringan. Perkembangan dalam dunia teknologi informasi di berbagai sektor bisa disebut sebagai revolusi komunikasi. Dunia menjadi begitu sempit dan manusia bisa berkomunikasi dengan amat sangat cepat di manapun berada dengan kehadiran internet, telepon selular (Ponsel) maupun satelit.
Dalam pemeringkatan keberhasilan pembangunan, diperkenalkan apa yang dinamakan human development index (HDI). Salah satu komponen penilaian, sejak tahun 2001, terkait dengan teknologi, UNDP memperkenalkan Technology Achievement Index (TAI). Tujuannya, melihat bagaimana sebuah negara menciptakan dan mendifusi teknologi yang merefleksikan kapasitas partisipasi inovasi teknologi.
Ada beberapa komponen yang menjadi fokus TAI: penciptaan teknologi dengan indikator berupa hak patent yang dimiliki per kapita dan pendapatan yang didapat dari royalti, difusi inovasi teknologi baru seperti difusi internet, difusi inovasi teknologi lama yang dalam hal ini adalah telepon dan listrik, serta keahlian masyarakat dalam menciptakan dan menggunakan teknologi. Sasarannya, membantu para pengambil kebijakan tiap negara menentukan strategi pengembangan teknologi.
Melihat trend perkembangan teknologi di era jaringan dewasa ini serta melihat nilai dari komponen-kompoen TAI, jenis teknologi yang mungkin bisa dipacu perkembangannya di tanah air adalah teknologi komunikasi dan informasi. Semisal difusi inovasi teknologi lama, peningkatan saluran telepon hingga ke desa-desa. Kebijakan untuk membuat telekomunikasi yang kompetitif diperlukan di sini.
Sebab penetrasi telepon ini akan mempengaruhi masyarakat dan organisasi dalam mendapatkan akses yang lebih baik terhadap informasi. Lebih jauh, difusi ini juga mempengaruhi difusi inovasi teknologi baru seperti internet, dan muaranya tentu saja membangun manusia Indonesia lebih bisa memberi kontribusi terhadap pembangunan.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah HAKI serta penelitian dan pengembangan teknologi. Dalam soal HAKI, selain perlunya pemerintah lebih pro aktif dan mempermudah masyarakat mendaftarkan temuannya, perlu juga dibentuk lembaga yang mengorganisir mereka yang mempunyai keahlian programming, mungkin termasuk hacking dan cracking, untuk menghasilkan satu temuan yang bermanfaat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya budget penelitian dan pengembangan harus ditingkatkan. Untuk mempromosikan teknologi yang berorientasi riset, pemerintah sedapat mungkin membangun hubungan antara perguruan tinggi dan industri. Hubungan sinergi keduanya merupakan kesempatan untuk mengeksploitasi kesempatan revolusi teknologi.
Untuk meraih keberhasilan seperti diinginkan, tentu tidak semudah dibayangkan. Hanya saja, jika kebijakan yang diambil benar, melibatkan serta bermanfaat bagi rakyat banyak, tidak ada yang tidak mungkin untuk mewujudkannya bersama-sama. Semoga Indonesia Bisa!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar