04 Desember 2010

Detikcom: Menanti Informasi “Jakarta” dan Dampak Wikileaks

Tulisan ku mengenai Wikileaks alias cable gate hari ini (4/12) dimuat di Detik.com. Terima kasih Detik.com. Berikut isi tulisannya:



Menanti Informasi  “Jakarta” dan Dampak Wikileaks 

Oleh: Heru Sutadi

Bocornya arsip komunikasi Kedutaan Besar Amerika Serikat di berbagai negara atau disebut dengan “Cable Gate”, menjadi perbincangan di manca negara. Dokumen kawat diplomatik itu dipublikasikan melalui wikileaks.org bersumber dari 274 kedutaan besar Amerika Serikat di berbagai belahan dunia, termasuk dari Departemen Luar Negeri AS. Jumlah dokumennya disebut-sebut ada 251.287 buah dan hingga hari ini (4/12), yang dirilis baru  667 dokumen.

Menurut situs whistleblower ini, publikasi memang sengaja dilakukan secara bertahap agar masing-masing dokumen mendapat perhatian publik yang memadai. Bila dilepas sekaligus, rahasia negara yang penting bisa terlewatkan dari perhatian. Namun, menurut analisis, proses upload semua dokumen juga menghadapi kendala teknis, apalagi dengan kondisi terakhir dimana server terpaksa berpindah-pindah.

Tentu saja, dunia gerah dibuatnya. Hal itu karena banyak kepala negara atau tokoh dunia di“label”kan secara unik, kalau tak mau disebut dijelekkan, oleh pemerintahan Amerika Serikat. Wajar saja, jika kemudian pemerintah AS mengecam pembocor dokumen-dokumen rahasia itu. Bahkan, pendiri Wikileaks, Julian Assange, mulai dikejar. Termasuk situs wikileaks.org yang harus mengalam serangan DDOS kini melebihi 10 gigabit per detik.

Bukan cuma itu, situs ini juga diusir-usir, seperti dari Amazon.com. Alasannya memang karena Wikileaks dianggap melanggar aturan yang menyebutkan bahwa user seharusnya memiliki hak pada konten yang mereka posting. Selain itu, konten tersebut terjamin tidak sampai membahayakan orang lain. Namun, bukan tak mungkin akan adanya upaya “mematikan” Wikileaks. Namun sesuai sifat internet yang memang sulit untuk untuk diblok, Wikileaks hadir di mana-mana dengan domain name berbeda-beda.

Menanti Informasi Soal “Jakarta”

Dari informasi yang disampaikan situs Wikileaks, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dan Konsulat di Surabaya, tidak luput dari pencurian data arsip kawat diplomatik. Disebut-sebut ada 3059 dokumen dari Jakarta dan 167 dari Surabaya. Adapun isu yang disebut-sebut mengemuka adalah soal teror, buruh, HAM dan keamanan. Dari semua dokumen, yang berkategori dokumen bukan rahasia jumlahnya ada 1510 buah, kategori confidential 1451 buah, dan kategori secret ada 98 buah.

Lalu bagaimanakah isi dokumen yang bocor dari Jakarta dan Surabaya? Sampai saat ini, belum ada informasi sedikit pun yang terpublikasi sebagai bocoran dari Jakarta dan Surabaya. Ini bisa dicek antara lain di situs wikileaks http://213.251.145.96/ maupun situs Guardian di http://www.guardian.co.uk/world/interactive/2010/nov/ 28/us-embassy-cables-wikileaks, sehingga kita masih perlu bersabar untuk mengetahui bagaimana cara pandang AS terhadap Indonesia.

Namun begitu, bukan berarti Indonesia tidak disinggung. Setidaknya, ada dua dokumen yang terkait Indonesia, pertama, yaitu berdasar dokumen dari Kedutaan Besar AS di Tel Aviv itu tanggal 30 Juli 2009 dengan No. 09TELAVIV1688 dan berklasifikasi “secret” dimana pejabat Dephan AS mempermasalahkan pernyataan Hillary Clinton di Jakarta yang mengatakan AS mempertimbangkan menyediakan payung pertahanan bagi negara-negara Arab moderat untuk menghadapi nuklir Iran. Oleh Asisten Menlu AS pernyataan Clinton diluruskan bahwa pernyataan itu tidak  mengindikasikan perubahan kebijakan soal menghadapi Iran. Dan kedua, adanya laporan “Congressional Research Service, Report RS21874” yang dikompilasi Bruce Vaughn, analis Divisi Asia Tenggara dan Asia Selatan,  mengenai hasil Pemilu 2004 Indonesia.

Dampak

Secara kasat mata, Wikileaks membuka pada dunia lemahnya keamanan jaringan dari Kedubes AS di berbagai negara—setidaknya datab ase kawat diplomatik, sehingga bisa tercuri dan bocor ke seluruh dunia. Meski memang ini perlu diklarifikasi kebenaran semua dokumen Cable Gate, namun perlu kreativitas tinggi dan memahami perkembangan yang terjadi dengan sikap pemerintah AS, jika dokumen-dokumen itu dianggap sebagai karangan. 

Ini tentunya perlu menjadi pelajaran, bahwa perkara keamanan jaringan bukanlah hal sepele. Dan itu bukan hanya terkait dengan data base sistem yang ada di dalam negeri, namun juga jika proses dan letak server berada di luar negeri, yang kita sendiri tidak tahu apa yang terjadi di luar negeri sana. Secara lebih jauh, ini akan berpengaruh terhadap solusi komputasi awan (cloud computing) yang akan menjadi trend ke depan.

Selain itu adalah sikap kita jika dokumen “Jakarta” akhirnya terpublikasi, apakah wikileaks harus diblok? Dengan adanya beberapa URL yang bisa diakses, sesuai sifat internet, bukan perkara mudah “mematikan” wikileaks. Dan, untungnya, informasi yang bocor adalah informasi menurut kaca mata AS, bukan informasi dalam negeri, sehingga kita juga perlu tahu cara pandang AS sesungguhnya tentang Indonesia. Cara pandang itulah yang juga akan menentukan hubungan negara-negara yang dilabelkan tertentu  dengan AS ke depan, dan kita tidak sendiri. Sebab menurut Founder Wikileaks, Julian Assange, saat tanya jawab melalui http://guardian.co.uk Jum’at (3/12) ini dikatakan, “History will win. The world will be elevated to a better place. Will we survive? That depends on you”.

Heru Sutadi. Pengamat Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bisa dihubungi di herusutadi@hotmail.com atau twitter @herusutadi 

Tidak ada komentar: