Dari 2011 yang Penuh Dinamika,
ke 2012 yang Penuh Harapan
Tak terasa matahari 2011
terbenam dan tergantikan fajar baru 2012. Di industri telekomunikasi—yang
secara luas menjadi industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT), begitu
banyak isu dan peristiwa yang terjadi di 2011, yang tentunya akan sedikit
banyak berdampak dengan apa yang akan terjadi di 2012, bahkan di tahun-tahun
berikutnya.
Di tahun 2011, perkembangan
industri telekomunikasi, makin hari makin terasa kompetitif. Jika melihat
angka-angka statistik pengguna telekomunikasi Indonesia, terlihat bahwa
industri ini jumlah penggunanya yang berbasis nirkabel, dari FWA (fixed wireless access) dan bergerak
seluler telah melebihi jumlah populasi Indonesia sekitar angka 237,5 jutaan.
Memang angka ini masih diperdebatkan, karena realitas pengguna telekomunikasi
dapat memiliki 2 atau lebih nomor serta
angka nomor hangus (churn)
yang tinggi. Namun, kejenuhan nampaknya memang hanya soal waktu mengingat
grafik pertumbuhan industri sudah mulai menurun sejak tahun 2009 lalu.
Pengguna yang sudah mencapai
angka psikologis sama dengan populasi, makin diramaikan karena persaingan ini
melibatkan operator nirkabel yang banyak. Di satu sisi, saat ini konsumen
begitu mendapat banyak pilihan untuk memilih layanan telekomunikasi yang murah,
berkualitas dan jaringan yang makin ada di mana-mana. Namun di sisi lain, bagi
operator, industri telekomunikasi memasuki persaingan yang meminjam istilah W. Chan Kim and Renée Mauborgne memasuki
kompetisi berdarah atau diistilahkan dengan red
ocean.
Meski begitu, persaingan yang
tajam sesungguhnya terjadi di layanan suara dan teks, dan arahnya memang trafik
suara dan teks akan menurun. Jadi kelesuan yang terjadi di 2011 adalah akibat
pengguna beralih ke layanan data—yang akan menjadi layanan utama ke depan. Dari
beberapa statistik yang didapat, pengguna layanan data pita lebar (broadband) kita masih di bawah 5% dari
total populasi. Sehingga, potensinya masih terbuka lebar dan akan meningkat
dari tahun ke tahun.
Kebutuhan akan data pita
lebar bergerak memang akan jadi primadona dan operator tahu mengenai hal itu.
Peningkatan tersebut dipengaruhi kebutuhan konsumen untuk mendapatkan layanan
internet di manapun dan kapanpun,
sehingga mobile data menjadi pilihan. Tentu saja pengaruh mempengaruhi
kebutuhan data disebabkan juga oleh penggunaan smartphone seperti Blackberry, iPhone, serta dimulai sejak 2010
adalah penggunaan tablet seperti iPad, Galaxy Tab serta tablet lainnya, dan
tentunya peningkatan juga dipengaruhi oleh penggunaan datacard (dongle).
Hal lainnya adalah juga
pengguna media sosial seperti Facebook maupun Twitter. Orang Indonesia kini
dikenal sebagai pengguna Facebook nomor dua di dunia, dan memberikan kontribusi
15% kicauan di Twitter dunia, yang bahkan beberapa isu sering menjadi trending topics. Dengan begitu artinya,
layanan data dibutuhkan untuk mengganti status, menanggapi status serta nge-tweet.
Makin banyaknya orang
Indonesia tergabung ke media sosial, kebutuhan akan layanan data tidak hanya
untuk orang kota, orang kaya dan orang terdidik saja, tapi sudah bergeser ke
orang-orang desa juga, berpenghasilan menengah ke bawah serta anak-anak
sekolah. Ini semua jadi peluang pasar yang bisa digarap di tahun 2012
mendatang. Dan untungnya, regulasi mengenai layanan data belum diatur secara
ketat sehingga masih ada ruang yang cukup bagi operator untuk berinovasi.
Di tahun 2011, yang mencuat
juga ke permukaan adalah maraknya pengiriman SMS sampah (spam) dan juga isu
sedot pulsa. SMS spam dipicu karena jumlah pengguna telekomunikasi kita yang
sudah setara dengan populasi, sehingga mengirimkan tawaran kartu kredit,
jual-beli produk serta menipu pengguna, disebarluaskan dengan media SMS.
Berbagai upaya sebenarnya
sudah dilakukan regulator, namun memang diakui belum ampuh mengatasi SMS spam
ini karena pengiriman SMS sampah disebabkan beberapa faktor secara bersama
termasuk penawaran SMS gratis lintas operator dan hadirnya mesin-mesin maupun
aplikasi pem-broadcast SMS.
Diharapkan di tahun mendatang masalah ini dapat diselesaikan oleh regulator dan
juga operator, sebab ketidaknyamanan yang dirasa pengguna dapat berdampak pada
tingginya nomor yang hangus.
Yang tak kalah menyedot
perhatian adalah soal sedot yang diakibatkan layanan berbasis jasa pesan
premium. Sebenarnya, layanan pesan premium adalah layanan yang baru. Sehingga,
pengaturan yang ada juga tidak terlalu ketat, sebab jika ketat maka industri
telekomunikasi ke depan yang akan berbasis konten akan tidak tumbuh. Namun,
kepentingan publik juga harus diperhatikan. Langkah yang dilakukan BRTI sebagai
regulator, dengan mengeluarkan Surat Edaran No. 177/2011—dimana di dalamnya
berisi instruksi untuk melakukan unreg secara massal, larangan penawaran konten
melalui SMS broadcast, serta
penggantian pulsa konsumen yang dirugikan—meski berat bagi industri, merupakan
langkah penyelamatan mengembalikan kepercayaan publik terhadap layanan jasa
pesan premium ke depan.
Ke depan, tentu industri ini
perlu dibenahi. Peraturan Menkominfo No. 1/2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan
Premium dan Pengiriman Jasa SMS ke Banyak Tujuan, perlu dievaluasi dan
direvisi, mengingat longgarnya aturan bukan menumbuhkan industri tapi digunakan
untuk memperkaya pundi-pundi dan merugikan pengguna. Selain juga mengevaluasi
penyedia jasa pesan premium, yang perlu juga dilakukan adalah yang bersalah
perlu diberikan sanksi sesuai aturan dan ketentuan yang ada. Memang
kejahatan—apalagi berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang akan kian
canggih—akan terus ada, tetap perlu upaya agar hal ini dapat diminimalisir
dengan segala cara.
Di tahun 2012, yang tak kalah
menarik adalah kemungkinan mulai diadopsinya LTE. Hal ini dikarenakan di tahun
2011 ini pemerintah menetapkan bahwa pita frekuensi 2,3 GHz yang tadinya
dikhususkan untuk WiMax 16d, dibuka pemanfaatkan pada teknologi yang netral,
sehingga TD LTE bisa diadopsi. Meski LTE sudah uji coba sejak 2010 lalu, namun
adopsi secara sungguhan pastinya tetap saja dinanti. Namun di sisi lain,
persaingan memberikan layanan pita lebar juga akan meningkat dengan masuknya
operator telekomunikasi ‘baru’ yang memenangkan tender BWA yang digelar 2009
lalu. Namun harapan masih ada karena penetrasi data yang masih rendah dan arah
pengguna layanan akan juga makin ke sektor yang lebih luas seperti perbankan,
kesehatan maupun pendidikan.
Dengan makin banyaknya
penyelenggara layanan data, diharapkan jaringan pita lebar juga akan menjangkau
seluruh pelosok negeri. Namun begitu, peran semua pemangku kepentingan di
industri memang diharapkan agar dapat memanfaatkan layanan data secara maksimal
untuk membuat Indonesia lebih sejahtera. Dari beberapa penelitan, ada korelasi
signifikan antara pertumbuhan broadband di sebuah negara deng korelasi
signifikan antara pertumbuhan broadband di sebuh negara dengan peningkatan GDP,
dan antara penggunaan broadband dengan
pembukaan baru lapangan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar